Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan Seputar Tambal Gigi

You are currently viewing Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan Seputar Tambal Gigi

Halo moms, terkadang muncul keraguan bila ingin melakukan penambalan gigi, terutama gigi anak. Nah berikut kami coba bahas beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan yaa.

  1. Anak saya masih kecil, gapapa kalau giginya ditambal?

Keputusan ditambal atau tidaknya akan didapatkan setelah dilakukan pemeriksaan langsung oleh dokter gigi moms. Apabila kondisi gigi memang diperlukan untuk ditambal dan kondisi anak memungkinkan untuk dilakukan penambalan maka justru penambalan gigi merupakan pilihan yang tepat untuk mencegah makin meluasnya gigi yang berlubang.

  1. Ada efek samping tambal gigi?

Untuk bahan tertentu seperti amalgam memang diketahui memiliki efek samping atau resiko toksik karena kandungan merkuri yang dimilikinya. Namun, saat ini penggunaan bahan tambal tersebut sudah lama ditinggalkan dan beralih ke bahan tambal yang tidak memiliki efek samping.

Adapun efek samping lain yang bisa terjadi setelah penambalan bisa saja terjadi timbul rasa sakit beberapa saat setelah penambalan, ataupun timbul sakit saat digunakan untuk mengunyah. Namun hal tersebut bisa langsung dikomunikasikan kepada dokter gigi untuk penanganan lebih lanjut.

  1. Bagaimana prosesnya? Sakit gak?

Untuk prosesnya tergantung dari kondisi gigi dan tingkat kekooperatifan anak moms. Biasanya untuk prosesnya gigi yang berlubang akan dibersihkan dahulu lalu bila telah bersih, jaringan karies telah terambil setelah itu dilakukan proses penambalan.

Apabila beresiko terasa sakit maka biasanya dokter gigi sebelumnya melakukan anestesi/bius lokal terlebih dahulu untuk meminimalisir munculnya rasa sakit selama proses penambalan.

  1. Setelah gigi ditambal, apa gigi bisa berlubang lagi?

Gigi yang sudah ditambal masih bisa berlubang lagi jika:

  • Penyikatan dan pembersihan kurang optimal.
  • Kebiasaan minum susu botol ataupun ASI sebelum tidur masih dilakukan.
  • Sering mengemut makanan.

Oleh sebab itu setelah gigi ditambal, penting untuk memperhatikan faktor-faktor diatas untuk mencegah terbentuknya lubang baru. Lalu penting juga kontrol kembali ke dokter gigi setiap 3 sampai 6 bulan sekali.

  1. Tambalan gigi bisa lepas?

Tambalan gigi ada kemungkinan bisa lepas kembali moms. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi cepatnya tambalan lepas, misalnya:

  • Langsung makan atau minum setelah ditambal. Untuk jenis tambalan tertentu seharusnya minimal 1 jam setelah ditambal anak tidak diperkenankan untuk makan ataupun minum. Tanyakan kepada dokter gigi apakah anak boleh makan setelah tambal gigi.
  • Memakan makanan yang keras beberapa saat setelah ditambal.
  • Bahan tambal tidak sesuai dengan kasus lubang gigi. Misalnya pada kasus lubang gigi pada gigi geraham susu, sebenarnya disarankan untuk dilakukan penambalan dengan Metal Crown, namun sering kali orangtua menolak karena warnanya yang tidak sewarna gigi. Akibatnya tambalan sering lepas.
  • Munculnya kembali lubang/karies gigi di bawah tambalan.

Pada intinya, walaupun sudah ditambal perlu kontrol rutin dan juga evaluasi kebersihan gigi anak.

Gigi Bolong

Contoh gambar Metal Crown, salah satu bahan restorasi gigi susu

  1. Apakah semua gigi berlubang harus ditambal?

Tidak semua gigi berlubang harus ditambal moms. Seperti yang moms bisa baca di artikel: Gigi Susu Berlubang, Perlukah Ditambal?

Adapun karies dini yang belum berbentuk ceruk, belum perlu ditambal. Seperti yang bisa dilihat pada gambar di bawah ini yang ditunjukkan oleh tanda panah putih merupakan tanda awal akan terbentuknya lubang gigi, yang disebut white spot lesion dan tidak perlu ditambal.

Namun harus dilakukan perbaikan kesehatan mulut dan aplikasi fluoride agar tidak berlanjut menjadi karies yang membentuk lubang (seperti yang ditunjukkan pada tanda panah warna merah).

Gigi Bolong

Pada karies tahap selanjutnya yang suda berbentuk lubang namun belum mengenai syaraf gigi, maka penambalan gigi sangat diperlukan, untuk mencegah lubang semakin besar dan dalam sehingga dapat mengenai syaraf gigi.

 Gigi Bolong

  1. Bagaimana ciri-ciri gigi yang harus ditambal?

Ada berapa kondisi gigi yang perlu ditambal, yaitu:

  • Gigi berlubang
  • Gigi patah
  • Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar
  • Anak dengan resiko karies tinggi, pada gigi geraham pertama yang tumbuh usia 6 tahun, dapat dilakukan penutupan ceruk gigi (pit fissure sealant) untuk mencegah gigi berlubang.
  1. Apa saja macam tambalan? Apa perbedaannya? Manakah yang lebih awet?

Ada beberapa jenis tambalan, kita bahas satu persatu ya:

  1. Tambalan Sementara adalah tambalan yang bersifat sementara, dan nantinya akan dibongkar lagi untuk melanjutkan perawatan, ataupun untuk diganti dengan tambalan tetap. Biasanya untuk kasus perawatan saraf gigi, dimana gigi perlu dibersihkan berulang kali. Oleh sebab itu penting untuk menanyakan ke dokter gigi setelah dilakukan penambalan, apakah tambal tersebut sudah tetap atau masih sementara.
  2. Tambalan Tetap
    1. Tambalan Langsung adalah tambalan yang langsung dibuat oleh dokter gigi dan langsung jadi saat itu juga. Bahan tambal yang sering dipakai adalah:
      • Amalgam
        Amalgam adalah tambalan berwarna silver (abu-abu) yang sering digunakan jaman dahulu. Tambalan ini dikenal kuat dan tahan lama, biasanya digunakan di gigi belakang karena warnanya yang kurang estetik.
        Namun, sesuai dengan peraturan Kementerian Kesehatan RI mulai tahun 2019 ini amalgam tidak boleh digunakan lagi karena mengandung merkuri yang dapat membahayakan tubuh.
      • Glass ionomer cement (GIC) / semen ionomer kaca
        Glass ionomer cement (GIC) atau semen ionomer kaca ini merupakan tambalan langsung berwarna putih dan memiliki keuntungan dapat melepaskan fluoride ke dalam gigi sehingga dapat mencegah gigi berlubang kembali.
        Walaupun berwarna putih, tambalan GIC ini tidak bisa menampilkan warna yang terlalu sama dengan gigi. Untuk jenis tambalan ini biasanya banyak digunakan untuk menambal gigi susu.
      • Resin komposit
        Resin komposit adalah bahan tambal gigi yang biasanya mengeras dengan cara disinar. Jenis ini adalah yang sering oleh orang awam sebagai tambal sinar atau tambal laser.
        Keuntungan tambalan ini adalah bersifat estetik, yaitu warnanya bisa disesuaikan dengan warna asli gigi sehingga sering digunakan untuk tambal gigi depan. Resin komposit juga cukup kuat dan mudah dibentuk.
      • Stainless steel crown
        Untuk crown ini biasanya digunakan pada gigi susu anak yang telah dilakukan perawatan saluran akar atau pada gigi susu anak yang lubangnya cukup luas, sehingga dengan bahan tambal lain dirasa tidak cukup kuat atau sering lepas.Gigi Bolong
      • Compomer crown
        Jenis crown ini biasa digunakan untuk gigi depan karena hasilnya yang estetis.Gigi Bolong
    2. Tambalan Tidak Langsung
      tambalan jenis ini tidak bisa langsung jadi karena akan dibuat di laboratorium, misalnya: jacket crown, onlay, veneer.Tambalan tidak langsung ini bisa menutupi seluruh atau hanya sebagian permukaan gigi. Bahan yang digunakan biasanya logam, porselen, atau kombinasi keduanya.Jenis dan bahan yang tepat akan berbeda tergantung kasus dan harus dikonsultasikan dengan dokter gigi.
  1. Dari usia berapa anak sudah bisa ditambal?

Tidak ada batasan usia minimal untuk dilakukan penambalan gigi. Semua tergantung dari kondisi lubang gigi, perlu atau tidak dilakukan penambalan. Oleh sebab itu kami sebaiknya moms segera memeriksakan anak ke dokter gigi terdekat, jika mendapati gigi lubang, gigi kekuningan, kehitaman dll.

Dokter gigi yang akan menentukan apakah lubang sudah bisa ditambal, atau sebaiknya diobservasi dulu.

Nah, jadi seperti itu moms beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan ke kami seputar tambal gigi , jadi tidak perlu khawatir lagi yaa untuk menambal gigi anak apabila memang diperlukan.

Penambalan gigi justru sangat diperlukan agar mencegah semakin meluasnya struktur gigi yang rusak akibat karies/lubang gigi. Semoga bermanfaat yah moms.

Gigi Bolong

Gigi Bolong

Sumber:

https://www.aapd.org/media/Policies_Guidelines/BP_RestorativeDent.pdf

[inline_divider type=”1″]

Artikel ditulis oleh: drg. Laila Novpriati & drg. Melissa Antonia Priska, Sp.KGA