Kenapa Tambalan Gigi Anak Sering Copot?

You are currently viewing Kenapa Tambalan Gigi Anak Sering Copot?

Halo, parents! Pernahkah tambalan gigi Si Kecil copot? Kira-kira penyebabnya apa ya? Yuk simak artikel berikut.

Sebelum membahas lebih jauh, mari kita pahami dulu proses penambalan gigi:

  1. Pembersihan jaringan karies/ gigi berlubang
    Pada prinsipnya proses penambalan gigi pada anak dan dewasa sama yaitu harus dibur/dibersihkan dahulu. Prosedur ini bertujuan untuk menghilangkan jaringan karies/jaringan gigi yang tidak sehat, agar bahan tambal bisa menempel dengan baik. Dalam proses ini, agar tidak sakit maka harus dilakukan bius/anestesi lokal, dengan penyuntikkan. Seringkali orang tua khawatir dan menolak anaknya dilakukan penyuntikkan. Akibatnya pembersihan karies menjadi kurang optimal dan tambalan menjadi tidak awet.
  2. Penambalan bagian gigi berlubang dengan bahan tambal
    Pada proses ini, dibutuhkan keadaan gigi yang kering. Pada anak terkadang sulit didapat keadaan gigi yang benar-benar kering, sehingga tambalan kurang menempel dengan baik dan mudah lepas.

Beberapa faktor yang mempengaruhi tambalan gigi anak:

  1. Ke-kooperatif-an anak

    • Perilaku anak yang belum kooperatif, tidak bisa diam, seringkali menjadi faktor penyulit bagi dokter gigi, sehingga proses penambalan gigi tidak optimal.
    • Masih terbatasnya pemakaian obat untuk management behaviour di Indonesia. Pemakaian obat sedasi maupun bius total supaya anak bisa dilakukan perawatan gigi seperti di luar negeri, masih cukup jarang dilakukan di Indonesia.

    Karena keterbatasan itulah pada kasus anak tidak bisa dilakukan penambalan ideal seperti pada orang dewasa dan seringkali mudah lepas.

  2. Pemilihan bahan tambal yang kurang tepat.

Bahan Tambal Metal

Gambaran bahan tambal metal crown / stainless steel crown

Kasus yang paling sering yaitu saat lubang gigi sudah besar dan dokter gigi menyarankan menggunakan bahan tambal metal crown/stainless steel crown, tetapi orang tua tidak setuju karena mau karena nilai estetikanya yang kurang. Padahal di negara maju semuanya menggunakan ini untuk kasus gigi berlubang dan sangat awet. Jadi wajar saja kalau ditambal biasa sering copot karena pemilihan bahan tambal yang tidak sesuai.

  1. Kurangnya penjagaan kebersihan mulut di rumah dan masih berlanjutnya kebiasaan buruk, seperti: minum susu sebagai pengantar tidur & mengemut makanan.

Banyak yang mengira kalau gigi sudah ditambal, maka masalah sudah selesai. Padahal gigi yang sudah ditambal tetap bisa berlubang kembali jika kebersihan gigi kita tidak terjaga. Jadi, meskipun gigi sudah ditambal, tetap harus meningkatkan kebersihan gigi dan mengubah kebiasaan buruk masa lalu yang membuat gigi menjadi berlubang ya. Misalnya, kalau jika sebelumnya menyikat gigi kurang bersih, minum susu sebelum tidur, sering makan manis, odol tidak berfluoride, maka harus diubah kebiasaannya menjadi sikat gigi lebih bersih, tidak minum susu sebelum tidur, kurangi makanan manis, dan gunakan pasta gigi berfluoride.

Demikian penjelasan mengenai tambalan gigi anak. Diskusikan dahulu dengan dokter gigi tentang jenis bahan tambal, alternatif perawatan dan ketahanan tambalan gigi sebelum melakukan penambalan gigi anak. Semoga dapat mencerahkan para orangtua.